Artikel-Ngumpul. Berawal dari modal jutaan rupiah, Retno Andam Sari berhasil
mengembangkan bisnis aneka rendang dalam kemasan vakum. Selain rendang,
wanita ini juga telah memproduksi produk turunan rendang, yaitu minyak
rendang.
"Modalnya Rp3 juta untuk mulai usaha ini," kata Retno kepada VIVAnews di Jakarta, Sabtu 27 Juli 2013.
Ia menggunakan modalnya untuk membeli satu unit mesin vakum dan
bahan baku berupa daging dan bumbu. Dengan modal itu, dia mulai
berkreasi menciptakan aneka masakan rendang berupa rendang daging
potong, rendang daging tacabik atau daging suwir, rendang paru, rendang
ayam, dan rendang udang. Dia juga menyediakan rendang khusus vegetarian
seperti rendang kentang, rendang nangka, dan rendang pulet hitam atau
ketan hitam.
Selain itu, dia juga mengembangkan produk turunan rendang, yaitu
minyak rendang. Dia berkaca pada minyak cabai dan minyak zaitun yang
sering dijual di pasar. Menurutnya, pembeli hanya mengenal dua jenis
minyak ini. Jadi, dia sengaja membuat minyak rendang dari tirisan
rendang yang sudah jadi. Per botol berukuran 250 cc dibanderol dengan
harga Rp50 ribu.
Ia mengaku bisnis rendang dalam kemasan yang dia kelola, bermula
dari membuat rendang dan mengemasnya dengan tampilan yang berbeda,
yaitu dengan stoples. Masakan khas Padang itu dia gunakan sebagai
penghantar Lebaran.
Respon masyarakat saat itu bagus dan menganggap rendang dalam
stoples itu unik. Lalu pesanan pun mulai berdatangan meskipun musiman,
yaitu hanya bulan Ramadan.
"Tahun kedua, kami berpikir bagaimana cara mengemas rendang supaya
aman. Jadi, disitulah saya membuat kemasan vakum supaya lebih mudah
dibawa," kata dia.
Akhirnya, dia mulai mengembangkan rendang dalam kemasan ini.
Dengan kemasan ini, Retno mengakui bahwa rendang kemasannya lebih
bersih, lebih praktis, dan lebih lama disimpan.
"Kalau disimpan di freezer, rendang bisa bertahan selama 6 bulan, disimpan di chiller
rendang bisa bertahan selama 3 bulan, dan di suhu ruang, rendang bisa
bertahan selama 2-3 minggu," kata ibu yang memiliki dua anak perempuan
ini.
Bisnis yang dijalani Retno bukan tanpa rintangan. Ia mengisahkan,
semula masyarakat belum bisa menerima rendang dalam kemasannya.
Alasannya, masakan berupa daging yang dimasak dengan santan ini, bisa
ditemui dengan mudah di setiap tempat. Selain itu, makanan kemasan ini
belum dianggap penting.
"Mengenalkan rendang dalam kemasan vakum itu cukup makan waktu,
tenaga, dan pikiran. Masyarakat merasa belum perlu adanya rendang dalam
kemasan. Selain itu, rendang mudah didapat, misalnya di rumah makan
Padang," kata dia
Lama-lama, lanjutnya, masyarakat mulai menerima kehadiran rendang
tersebut, bahkan rendangnya ini dipesan untuk bekal seseorang saat naik
haji. Ia memang membidik konsumen kelas menengah ke atas sebagai
pelanggannya.
"Mereka itu orang yang suka makan masakan tradisional dan suka
yang praktis. Makanan beku itu ada chicken nugget dan sosis. Mengapa
tidak ada makanan Indonesia yang seperti itu," kata dia.
Wanita ini pun juga mengolah rendang buatannya dengan tungku kayu
bakar. "Untuk menjaga kualitas masakan Sumatera Barat," kata dia.
Selain mengolah rendang, wanita ini juga menerbitkan buku
"Traveller Rendang." Buku ini berisi tentang jenis-jenis rendang yang
ada di Sumatera Barat. "Ada rendang telur, rendang tumbuk, rendang
lokan (kerang), dan rendang daun kayu," kata dia.
Toko "Rendang Uni Farah" ini terletak di Perumahan Ciledug I Jalan
Pelangi Raya Blok A6/100, Ciledug, Tangerang. Apabila berminat, pembeli
bisa berkunjung ke tempat itu atau memesan rendang "Rendang Uni Farah"
dengan mengklik situs www.rendangunifarah.com. Dalam situs tersebut, pembeli bisa memesan secara online dengan pembelian minimal satu kilogram.
Sumber: (vivanews)
0 komentar:
Posting Komentar